Gayong (2025) adalah film aksi-thriller asal Malaysia yang memadukan seni bela diri tradisional, drama emosional, dan nilai budaya Melayu klasik. Disutradarai oleh Khabir Bhatia, film ini membawa penonton ke dunia di mana kehormatan, warisan, dan pengkhianatan beradu dalam satu pertempuran berdarah yang menentukan harga dari kesetiaan dan warisan silat kuno.
SINOPSIS
Gayong (2025) mengisahkan Imran (Remy Ishak), seorang pendekar muda yang tumbuh di pedalaman Terengganu di bawah asuhan gurunya, Tok Jali (Rosyam Nor) — seorang mahaguru silat Gayong yang dihormati karena keilmuannya. Setelah kematian misterius sang guru, Imran menemukan pesan tersembunyi dalam kitab tua: “Warisan Gayong bukan sekadar jurus, tapi pengorbanan.” Kalimat itu menuntunnya dalam perjalanan yang akan mengubah takdirnya.
Ketika organisasi kriminal modern bernama Serigala Timur mulai memanfaatkan ilmu silat untuk kejahatan, Imran menyadari bahwa ajaran yang dulu digunakan untuk membela kini dipakai untuk menindas. Ia terkejut mengetahui bahwa pemimpin kelompok itu adalah Farid (Aaron Aziz) — sahabat lamanya yang dulu berlatih di perguruan yang sama. Farid, yang merasa dunia telah melupakan nilai silat sejati, memutuskan menggunakan kekuatannya untuk membangun “tatanan baru” di bawah kekuasaan dirinya sendiri.
Perjalanan Imran menuntunnya ke berbagai pelosok Malaysia, dari kampung tradisional yang tenang hingga kota besar Kuala Lumpur yang penuh intrik dan kekerasan. Dalam setiap langkahnya, ia berhadapan dengan lawan-lawan tangguh dan menghadapi dilema moral: mempertahankan warisan gurunya atau menghancurkan sahabatnya demi kebenaran.
Pertarungan mereka bukan sekadar fisik — tetapi batin. Di tengah latihan dan duel berdarah, film ini menampilkan keindahan silat Melayu melalui koreografi autentik yang memadukan kekuatan dan keanggunan. Adegan silat di bawah hujan, perkelahian di jembatan tua, dan duel di puncak bukit menjadi simbol perjuangan antara tradisi dan modernitas.
Sementara itu, Alya (Diana Danielle), seorang peneliti sejarah yang menelusuri akar budaya Gayong, terlibat dalam konflik ketika ia menemukan dokumen kuno yang bisa membuktikan siapa pewaris sah ilmu itu. Ia menjadi penghubung spiritual antara Imran dan masa lalu perguruan, dan secara perlahan keduanya terikat dalam hubungan emosional yang rumit antara cinta, takdir, dan kewajiban.
Klimaks film ini terjadi ketika Imran dan Farid bertarung dalam duel terakhir di arena tradisional yang ditinggalkan — di bawah cahaya obor, diiringi suara gong dan teriakan pendekar tua. Pertarungan itu bukan sekadar soal menang atau kalah, tetapi tentang siapa yang benar-benar memahami makna sejati dari kata Gayong: menyerang dengan kehormatan, bertahan dengan jiwa.
Adegan akhir menampilkan Imran berdiri di makam gurunya, bersumpah untuk menjaga warisan silat Melayu agar tak jatuh lagi ke tangan yang salah. Dalam keheningan malam, suara Tok Jali menggema: “Ilmu tanpa adab adalah bencana. Gayong hidup bukan di tangan, tapi di hati.”
Gayong (2025) adalah perpaduan sempurna antara aksi dan filosofi budaya, menggabungkan seni bela diri tradisional dengan drama emosional yang menyentuh, menghadirkan kisah tentang kehormatan, pengorbanan, dan jati diri bangsa.
Tonton langsung Gayong (2025) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21 dan rasakan getaran semangat silat Melayu dalam film yang menghidupkan kembali warisan lama dengan sentuhan modern yang penuh makna.
