Badoet (2015) adalah film horor Indonesia karya Awi Suryadi yang menampilkan teror psikologis dari sosok badut misterius yang menebar kematian di lingkungan perumahan. Dengan atmosfer kelam dan ketegangan mencekam, film ini menggambarkan bahwa tawa bisa menjadi wajah dari kegelapan, dan di balik senyum lebar seorang badut, tersembunyi niat untuk menuntut nyawa.
SINOPSIS
Badoet (2015) mengisahkan sekelompok mahasiswa yang tinggal di rumah kos sederhana di Jakarta: Ferdi (Christoffer Nelwan), Dina (Rinadya Lazuardi), dan Tika (Aurélie Moeremans). Hidup mereka yang awalnya tenang berubah drastis setelah tiga anak kecil di lingkungan tempat mereka tinggal ditemukan tewas dengan cara misterius — tubuh kaku, wajah tersenyum lebar seperti sedang tertawa, dan tanda bekas make-up badut di pipi.
Kematian anak-anak itu membuat suasana kompleks perumahan mencekam. Polisi tidak menemukan petunjuk, sementara masyarakat mulai percaya bahwa pembunuhnya adalah roh jahat dari badut keliling yang dulu tewas dibakar massa karena menculik anak-anak. Ketika Ferdi dan teman-temannya mulai menelusuri kasus ini untuk tugas kuliah jurnalistik, mereka justru membuka pintu ke dunia terlarang yang seharusnya tidak disentuh manusia.
Malam demi malam, gangguan mulai muncul. Suara tawa anak kecil terdengar dari kamar mandi, lampu berkedip setiap pukul 2 pagi, dan bayangan seseorang dengan rambut ikal serta hidung merah sering muncul di cermin. Dina mulai kehilangan akal sehatnya, melihat badut di sudut mata meski tidak ada siapa-siapa. Tika berusaha menenangkan teman-temannya, namun ia sendiri mulai mengalami mimpi buruk yang berulang — badut itu menari di depan sekolah kosong sambil berbisik, “Tertawa itu abadi.”
Ketegangan meningkat ketika Ferdi menemukan kaset tua berisi rekaman suara badut tersebut sebelum kematiannya. Dalam kaset itu terdengar doa terbalik dan suara anak kecil menangis, diakhiri dengan tawa panjang yang menembus hati. Setelah kaset itu diputar, teror semakin intens. Setiap orang yang mendengarnya mulai melihat hal-hal yang tidak bisa dijelaskan.
Satu per satu dari mereka menjadi korban. Dina ditemukan tewas dengan riasan badut di wajahnya, sementara Tika mulai menunjukkan tanda-tanda kerasukan. Ferdi yang tersisa mencoba mencari jalan keluar dengan menelusuri sejarah badut itu, menemukan bahwa roh tersebut pernah menjadi penghibur anak-anak yatim sebelum tragedi pembunuhan yang menimpanya. Ia terbunuh tanpa keadilan, dan arwahnya kini menagih balas dendam dengan menebar tawa kematian.
Adegan klimaks memperlihatkan Ferdi dan Tika melakukan ritual pembersihan di sekolah tempat roh itu pertama kali muncul. Namun alih-alih mengusirnya, ritual tersebut justru membangkitkan amarah sang badut. Dalam kilasan cahaya merah dan suara tawa menggema, roh itu muncul utuh untuk pertama kalinya — dengan wajah retak, gigi hitam, dan mata tajam menatap penonton seolah-olah ingin keluar dari layar.
Badoet (2015) menampilkan visual horor yang pekat dan atmosfer urban yang menekan. Awi Suryadi memadukan elemen klasik film horor Indonesia dengan teknik modern, menghadirkan pengalaman menegangkan tanpa jeda. Lebih dari sekadar film tentang arwah jahat, Badoet adalah metafora tentang bagaimana trauma sosial dan dendam bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang tak pernah mati — seperti tawa menyeramkan yang terus menggema di kegelapan.
Badoet (2015) adalah film horor psikologis Indonesia yang memadukan mitos, rasa bersalah, dan teror visual dengan sangat efektif, mengajak penonton bertanya: apakah yang paling menakutkan adalah makhluknya, atau rasa takut yang kita pelihara sendiri?
Tonton langsung Badoet (2015) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21 dan rasakan ketegangan yang membuat tawa berubah menjadi jeritan.












