火垂るの墓 (1988)

5944 voting, rata-rata 8.0 dari 10

Proses Publikasi Karya

Pada tahun 1967 (Showa 42), cerita ini pertama kali diterbitkan di majalah All Yomimono edisi Oktober. Bersamaan dengan Amerika Hijiki yang terbit di periode yang sama, karya ini kemudian dianugerahi Penghargaan Naoki ke-58 (paruh kedua tahun 1967) pada musim semi berikutnya. Edisi tankōbon (buku tunggal) yang berisi kedua karya tersebut diterbitkan oleh Bungeishunju pada 25 Maret 1968 (Showa 43). Edisi bunko-ban (buku saku) diterbitkan oleh Shinchosha Bunko. Karya ini juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk versi bahasa Inggris oleh Alycia Davidson dengan judul Grave of the Fireflies.

Saat diterbitkan dalam bentuk buku, terdapat perubahan pada bagian akhir cerita. Satu paragraf terakhir dihapus, sementara tanggal dan waktu ketika jenazah karakter utama, sang anak laki-laki, dikremasi bersama jenazah anak-anak tunawisma lainnya di “kuil di atas Nunobiki” ditambahkan: “Sore hari, 22 September Showa 20”. Paragraf yang dihapus menggambarkan ribuan kunang-kunang yang terbang dari lembah Nunobiki mengelilingi tulang belulang adik perempuannya yang terlantar. Penulisannya ini memperkuat ekspresi tentang kedamaian jiwa sang adik perempuan. Oleh karena itu, perubahan ini disebut-sebut memengaruhi penilaian dan interpretasi keseluruhan karya.

Implikasi Penghapusan Paragraf Terakhir

Penghapusan paragraf terakhir dari cerita ini sering dikaitkan dengan ulasan seleksi Penghargaan Naoki oleh Kainkouji Chougorou, yang mengomentari bahwa akhir cerita “terlalu bergaya Meiji dan terasa kuno.”

Namun, paragraf yang dihapus ini sebenarnya merupakan bagian penting yang mengekspresikan perasaan penebusan dosa dan pengenangan mendalam Nozaka sendiri terhadap adik perempuannya, yang juga menjadi tema utama dalam karya tersebut. Paragraf ini juga disebut-sebut telah memengaruhi penilaian tinggi yang diberikan dalam ulasan Penghargaan Naoki untuk keseluruhan karya.

Oleh karena itu, perubahan di mana paragraf ini dihapus dan cerita diakhiri dengan kematian Seita yang dikremasi sebagai “arwah tanpa keluarga” bersama banyak jenazah anak-anak tunawisma lainnya, dapat diartikan sebagai perluasan makna. Kisah yang semula berakar pada penebusan dosa dan penyesalan pribadi Nozaka terhadap adiknya, berkembang menjadi kisah pengenangan bagi semua anak yatim piatu korban perang, dengan menggambarkan karakter utama sebagai salah satu dari banyak korban tersebut.

Struktur dan Gaya Penulisan Karya

Gaya penulisan dalam karya ini memanfaatkan kelebihan dialek Kansai untuk menciptakan narasi yang “bertele-tele” namun unik dan efisien.

Struktur cerita dimulai dengan gambaran akhir kisah: seorang anak laki-laki, karakter utama, meninggal di stasiun. Seorang petugas stasiun menemukan kaleng drop dari ikat pinggangnya dan membuangnya. Kaleng itu terbuka, mengeluarkan pecahan tulang kecil, lalu kunang-kunang mulai berkedip dan beterbangan. Dari penjelasan bahwa tulang tersebut adalah sisa-sisa jenazah adik perempuannya, cerita kemudian kembali ke masa lalu melalui teknik kilas balik ke peristiwa Pengeboman Udara Kobe. Dari sana, alur cerita mengalir secara efektif, mengikuti kronologi hingga kematian sang anak laki-laki di stasiun, menciptakan narasi yang mengesankan dan mengalir alami.

Latar Belakang Karya

Tema utama dari Grave of the Fireflies, yaitu kematian seorang adik perempuan selama perang, sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan emosi mendalam dari Akiyuki Nosaka, menjadikannya karya semi-autobiografi. Pengalaman ini termasuk kehilangan rumahnya akibat Serangan Udara Kobe pada 5 Juni 1945 (Showa 20), kematian anggota keluarganya karena luka bakar parah, upaya menggali makanan dari reruntuhan dan membawanya ke Nishinomiya, kenangan indah akan kunang-kunang, serta rekor 46 putaran front-flip di palang besi sekolah pada pagi hari dimulainya perang, 8 Desember 1941 (Showa 16).

Setelah kehilangan ibu kandungnya di usia balita, Nozaka diadopsi oleh paman dan bibinya yang merupakan pedagang di Kobe. Rumah yang mereka tempati hancur total akibat Serangan Udara Kobe yang disebutkan di atas. Saat itu, Nozaka berusia 14 tahun, dan ia bersama adik angkat perempuannya yang berusia 1 tahun, tinggal di rumah kerabat di Manchidani-cho, Nishinomiya, atau kadang di salah satu dari sekitar 10 bungker perlindungan yang tersebar di lembah selatan Kolam Niteko yang berdekatan.

Namun, bagian “kehilangan orang tua dalam serangan udara” adalah fiksi. Ayah angkatnya memang hilang dalam serangan udara, tetapi ibu angkatnya selamat meskipun mengalami luka parah, dan nenek angkatnya yang tinggal bersama mereka juga masih hidup.

Nozaka kehilangan dua adik perempuan (baik Nozaka maupun kedua adiknya adalah anak angkat, sehingga tidak ada hubungan darah) secara berturut-turut selama dan setelah perang. Memang benar bahwa ia pernah mengkremasi sendiri jenazah salah satu adiknya yang telah meninggal. Namun, selama tinggal di rumah kerabat di Nishinomiya, Nozaka justru sangat terpikat pada putri cantik kerabat tersebut yang berusia dua tahun lebih tua (Kyoko, anak ketiga). Ia tidak terlalu memikirkan adik bungsunya, Keiko (yang berbeda dari cerita, ia baru berusia 1 tahun 6 bulan dan meninggal di tempat evakuasi di Prefektur Fukui pada 22 Agustus). Nozaka mengakui bahwa ia saat itu sedang dimabuk cinta pertama yang manis layaknya anak SMP. Meskipun kondisi pangan buruk, ia tidak pernah diperlakukan seburuk yang digambarkan dalam novel, dan fakta bahwa ia keluar dari rumah untuk tinggal di bungker tidak pernah terjadi.

Nozaka mengakui bahwa ia mencurahkan kasih sayang yang cukup sebagai seorang kakak kepada adik perempuannya yang lebih tua, yang meninggal karena sakit saat keluarga masih memiliki kecukupan. Namun, ia merasa adik bungsunya, yang harus ia rawat setelah kehilangan rumah dan keluarga, justru menjadi beban. Ia bahkan pernah memukul kepala adiknya hingga menyebabkan gegar otak agar berhenti menangis. Ketika mereka pindah dari Nishinomiya ke Fukui, dan kondisi pangan semakin parah, ia bahkan tidak memberinya makan dengan layak. Akibatnya, adiknya yang kurus kering dan tinggal kulit dan tulang, meninggal karena kelaparan tanpa ada yang mendampingi.

Dengan latar belakang ini, Nozaka menulis Grave of the Fireflies sebagai bentuk penebusan dosa dan pengenangan untuk adik bungsunya, Keiko. Ia menjadikan karakter utama seorang kakak yang penyayang, seperti dirinya di masa lalu, dan menyelipkan kenangan bersama adik perempuannya yang lebih tua di masa damai. Nama “Setsuko” diambil dari nama asli ibu angkat Nozaka yang telah meninggal, dan juga nama teman sekelas perempuan yang menjadi cinta pertamanya saat kelas satu SD. Ia juga mengatakan bahwa nama “Keiko” yang diberikan kepada putri angkat tokoh utama dalam karyanya, Ero Koto-shi-tachi, adalah cerminan perasaannya terhadap adik perempuannya.

Diposting pada:
Dilihat:15
Rating:NR
Kualitas:
Tahun:
Durasi: 89 Min
Negara:
Rilis:
Bahasa:日本語
Anggaran:$ 3.700.000,00
Pendapatan:$ 516.962,00